Header Ads

Gunung Burni Kelieten: Atap Aceh Tengah yang Menyimpan Surga dan Tantangan buat para pendaki

Jika kamu ingin merasakan pengalaman mendaki salah satu gunung tertinggi di Aceh Tengah, maka Gunung Burni Kelieten adalah jawabannya. Dengan ketinggian mencapai 2.639 meter di atas permukaan laut, Burni Kelieten menyuguhkan kombinasi antara jalur pendakian yang ekstrem, panorama alam luar biasa, dan sentuhan budaya lokal yang khas. Gunung ini sering disebut-sebut sebagai “atapnya” Tanah Gayo karena menjadi titik tertinggi yang mengelilingi Danau Laut Tawar.

Burni Kelieten terletak di Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah. Ada beberapa jalur pendakian yang bisa dipilih, namun yang paling populer adalah jalur dari Desa Nosar dan Desa Rembune di Kecamatan bintang. Jalur dari Nosar dikelola secara profesional oleh pemuda setempat dan dilengkapi fasilitas seperti parkiran, basecamp, hingga jasa pemandu lokal. Perjalanan dari post regist ke base camp area memakan waktu 3-4 jam normal, dari base camp area ke puncak batu memakan waktu 1 jam normal lalu dilanjutkan sekitar 1 jam lagi dari puncak batu ke puncak utama atau yang sering disebut sebagai pilar.

Jalur Rembune juga menawarkan keindahan tersendiri: kebun kopi yang membentang luas, hutan tropis yang rimbun, dan jalur yang melewati goa-goa alam, shelter istirahat, serta ladang edelweiss. Meskipun terjal, jalur ini memberi pengalaman hiking yang lengkap—baik dari sisi tantangan fisik maupun visual.

Sesampainya di puncak, segala lelah dalam perjalanan langsung terbayar lunas. Dari atas sana, mata bisa menyapu pemandangan Danau Laut Tawar yang tenang, hamparan hutan Gayo yang hijau. Saat pagi menjelang, puncak Burni Kelieten menjadi panggung sempurna untuk menyaksikan sunrise dan lautan awan yang bergerak perlahan. Inilah momen yang paling ditunggu oleh para pendaki. Suasana tenang, udara segar, dan sinar mentari yang menyentuh wajah dari balik kabut adalah sensasi yang tak bisa dibeli dengan uang.

Salah satu hal yang membuat Burni Kelieten menonjol dibanding gunung-gunung lain di Aceh adalah pengelolaan lokalnya yang sangat baik. Para pemuda Desa Nosar telah mengembangkan jalur pendakian dengan sistem tiket retribusi yang terjangkau dan penyediaan pemandu lokal Bahkan, untuk rombongan campuran laki-laki dan perempuan, keberadaan pemandu menjadi wajib demi keselamatan dan etika adat setempat. Harga jasa guide cukup ramah: sekitar Rp 300.000 untuk satu tim pendaki. Fasilitas pendukung seperti mushola, toilet, dan warung kecil juga sudah tersedia di basecamp.

Burni Kelieten memang mempesona, tapi keindahannya saat ini mulai terancam oleh ulah manusia. Sayangnya, masih banyak sampah yang ditemukan di jalur pendakian, terutama di area shelter dan puncak. Plastik makanan ringan, botol minuman, hingga sisa peralatan camping sering kali ditinggalkan begitu saja. Ini menjadi tamparan bagi kita semua—bahwa kesadaran pendaki terhadap lingkungan belum sepenuhnya tumbuh.

Komunitas lokal sebenarnya sudah berupaya membersihkan jalur dan mengedukasi para pendaki, namun jumlahnya belum sebanding dengan volume kunjungan. Oleh karena itu, sangat penting untuk setiap pendaki membawa turun kembali sampahnya sendiri, dan tidak membuang puntung rokok sembarangan.

Pendakian bukan hanya soal menaklukkan puncak, tapi juga soal bagaimana kita bertanggung jawab menjaga apa yang kita datangi. Kalau kita tidak mulai peduli dari sekarang, bisa jadi generasi berikutnya hanya akan mendengar cerita tentang keindahan Burni Kelieten tanpa pernah melihatnya langsung.

Masyarakat Gayo sangat menghormati gunung ini. Mereka percaya Burni Kelieten bukan hanya tempat tinggi, tapi juga tempat suci. Oleh sebab itu, menjaga sikap, menjaga kata-kata, dan menghormati aturan lokal adalah bagian dari pendakian itu sendiri.

Kalau kamu mencari gunung dengan jalur menantang, pemandangan surgawi, dan pengalaman budaya yang kuat, maka Gunung Burni Kelieten adalah destinasi yang harus kamu taklukkan. Pendakian ini bukan hanya soal fisik, tapi soal bagaimana kita berdamai dengan alam, belajar dari masyarakat lokal, dan pulang membawa pengalaman spiritual yang dalam.

Jadi, siap menjelajah atap Aceh Tengah?

Call to Action (CTA):

Sudah pernah ke Burni Kelieten? Ceritakan pengalamanmu di kolom komentar!

Tidak ada komentar